Ratapan Anak Malang

Di sore hari menjelang Maghrib menjemput, duduk seorang pemuda di sebuah sofa yang campang camping. Sofa yang di singgahsanai-nya begitu buruk, kondisi sofa sampai seperti itu karena di makan waktu. Tapi bukan berarti sofa itu sampai pada titik nadir-Nya, sofa itu masih efektif di tempati, walaupun anggota di bagian tertentu (Paha misalnya) akan terganggu baik sementara di atasnya maupun setelah minggat dari sofa itu. Tapi sakitanya nggak tertlalu sakit, tergantung cara orang mendudukinya.
Diatas sofa itu, selain pemuda malang juga terdapat laptop 12 Inci pas di atas sangkar pemuda itu. Laptop di operasikan oleh pemuda itu. Jari jemarinya (kanan kiri) sedang mergoyang-goyang di atas key bord laptop. Matanya fokus pada satu dua titik secara bergantian pada Key Bord yang banyak di pukul oleh jarinya dan satunya lagi di bagian layar untuk memastikan, apakah tulisan yang dihasilkannya sudah tepat. Tulisan yang dihasilkan di Key Bord adalah hasil dari manifestasi antara kerjasama pemuda itu dan unit-unit tertentu laptop.
Kadangkala pemuda itu berpikir, seandainya Laptop yang sangat berjasa pada kelancaran aktivitas manusia adalah sebuah alat yang bernyawa. Pastinya dia akan merasakan sakit, luka dan menagis atas eksploitasi yang dilakukan manusia setiap saat padanya. Untung Laptop sebagau hasil ciptaan diatas ciptaan lain, tidak bernyawa. Tetapi bukan berarti Laptop tidak punya penyakit. Sang Laptop, walaupun hanya sebuah alat menunjang pragmatis umat manusia juga punya penyakit. Penyatkit yang dideritanya secara kuantitas tidak jauh berbeda dengan manusia. Tetapi penyakit yang paling populer di kalangan Lapotop adalah serangan virus yang dapat mengganggu sistem-sistem yang dimilikinya.
Kembali pada kondisi pemuda itu. Pemuda malang yang tidak dapat dan sanggup bertindak sedang mengalami dilema berat. Internal kepalanya sedang mengalami proses berpikir berat dan sungguh memusingkan. Pengetahuan-pengetahuan sebagai hasil refleksi kondisi di sekitarnya telah berterbangan disana-sini bahkan telah melampaui kepalanya. "Dilema adalah kondisi objektif dan adalah sesuatu yang wajar di alami manusia, status Fb beberapa waktu yang lalu." Setiap manusia akan mengalami kondisi semacam itu dan akan berlangsung pada setiap saat. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kondisi dilema, baik yang berskala kecil maupun luas (tingkat internasional)....Bersambung...!!!



0 komentar:

Post a Comment

 

My Profil

My photo
Batu Bolong, Makassar/Sulsel, Indonesia
Someone on the photo is independent writer in this blog namely Muhammad Jusrianto from Latimojong, Enrekang, South Celebes, Indonesia. Latimojong is one of the deepest areas which has the highest mountain in Celebes island, named as Latimojong Mountain. Although spending time and growing in underdeveloped area, he has a great spirit to attend higher education. He spent four years, from 2010 to 2014, to finish his study International Relations Department of University of Muhammadiyah Malang in Malang, East Java. After completing an undergraduate degree, he decided to closely keep in touch with English for preparing himself to attend master degree abroad, whereas running the responsibilities in The Institution of Tourism and Environmentalist at HMI. Now he is a IELTS tutor in Insancita Bangsa Foundation and a director of Information and Communication in LEPPAMI HMI.

Popular Posts

Musik

Video