Segumpal Perenungan

Harus di akui dan jujur, kehidupan ini memusingkan ketika dipikirkan dan diresapi secara mendalam. Novel-novel filsafat karya Joestin Gaarder "Misteri Soliter" dan "Dunia Sophie" mengantarkan diriku pada perenungan untuk apa kita berhubungan dengan lawan jenis. Hubungan dekat atau spesial baik sebelum jalur kuning melengkung maupun sesudahnya. Pengalamanku dalam dunia berhubungan spesial dengan lawan jenis atau pacaran meningggalkan suka duka kehidupan. Mulai dari SMP sampai SMA tidak ada rumus atau teori jomblo yang ampuh mempengaruhi dunia pacaran yang kukeleguti. Intinya, suistanable hubungan yang kubangun secara bergantian dengan beberapa lawan jenis di pengaruhi oleh kebutuhan hasrat yang tidak dapat di ajak berkonpromi untuk kebaikan. Ketidaksanggupan itu karena kelabilan yang masih menimpa dan memang sangat menyenangkan. 
Perenungan dan sebagai hasil manifestasinya memberikan titik terang, "bahwa dunia pacaran yang sebelumnya di lakukakan setidaknya kita berusaha untuk menghidarinya sejenak". Pacaran kadangkala berhasil membawa kita kepada hal yang tidak rasional - "demi kebahagian kamu apapun akan kuperbuat". "Say, pegangan tangan donk supaya lebih mesrah dan romantis...HeHeHe...lama kelamaan dan hanya menunggu waktu demi cintamu dan cintaku harus ada pembuktian. Maukah kamu menyerahkan seluruh ragamu kepadaku "atas nama cinta" dan kelanggengan hubungan kita". Beberapa kalimat diatas hanya sedikit dari sekian banyak kalimat-kalimat yang digunakan baik perempuan maupun laki-laki dalam pembuktian cinta palsunya. Tidakkah kita sadar bahwa kalimat-kalimat semacam itu adalah pengancur masa depan pada waktu sebelum menikah. Dan bisa jadi kata-kata semacam itu lagi mengantarkan kita pada kecelakaan dan membawa kita pada kursi pelaminan.
Dunia pacaran di penuhi oleh kata-kata seperti itu sebagai alat godaan untuk pemenuhan hasrat. Apalagi kita harus sadar bahwa selain manusia mempunyai sisi baik dan lembut bersahaja, juga diselimuti hawa nafsu dan seringkali bertindak seperti hewan. Hewan: "baik ibu, anak dan apalagi beda spesis didigauli juga". Selain itu kadangkala terlupakan bagi pemuda-pemudi dalam berhubungan adalah antara "Hak dan Kewajiban" yang susah di interpretasikan.
Kupikir-pikir, apakah pacaran efektif untuk memaknai hakikat kehidupan atau malah penghancur masa depan?. Kupikir-pikir lagi apakah saya masih mempunyai perasaan manusiawi ketika menghindar dan menjauhi dunia pacaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang dewasa membutuhkan alat untuk pemenuhan hasrat. Akan tetapu kuteringat pada kata-kata Hegel, "hasrat harus ditekan untuk menghindarkan diri dari amoral dan unethics. Jomlo adalah dunia baruku selama enam bulan ini dan bisa jadi itu akan berlanjut sampai tiba waktunya - "The Just of God of Knew".

0 komentar:

Post a Comment

 

My Profil

My photo
Batu Bolong, Makassar/Sulsel, Indonesia
Someone on the photo is independent writer in this blog namely Muhammad Jusrianto from Latimojong, Enrekang, South Celebes, Indonesia. Latimojong is one of the deepest areas which has the highest mountain in Celebes island, named as Latimojong Mountain. Although spending time and growing in underdeveloped area, he has a great spirit to attend higher education. He spent four years, from 2010 to 2014, to finish his study International Relations Department of University of Muhammadiyah Malang in Malang, East Java. After completing an undergraduate degree, he decided to closely keep in touch with English for preparing himself to attend master degree abroad, whereas running the responsibilities in The Institution of Tourism and Environmentalist at HMI. Now he is a IELTS tutor in Insancita Bangsa Foundation and a director of Information and Communication in LEPPAMI HMI.

Popular Posts

Musik

Video