"Realitas Rumah Sederhana"

Tidak lama kemudian setelah MUNAS IKAMI SulSel usai, lahirlah kejadian-kejadian yang mengkebirikan nilai-nilai kedewasaan berpikir. Sungguh ironis kondisi yang tercipta dan terbentuk dari efek Munas. Munas telah melahirkan kondisi semu antara nahkoda baru dan demisioner nahkoda, Munas menyebabkan nahkoda lama memberikan catatan black list dua kandidat kalah, dan Munas-pun melahirkan angkara murka nahkoda lama dan followers-nya mengusir beberapa penghuni Rumah sederhana ini yang beda haluan dengannya. Pertanyaannya adalah apakah kondisi-kondisi seperti itu dibenarkan dan diamikan.
Dengan tegas dan gagah berani, saya menjawabnya "TIDAK", apapun alasannya walaupun itu rasional bagi beberapa pihak. Bagi saya, kejadian-kejadian yang muncul sungguh ironis dan nista. Mengapa tidak, MUNAS ya MUNAS. Dinamika yang ada di MUNAS jangan pernah dibawa dan digiring ke waktu setelahnya, biarkan menjadi catatan sejarah. Dan harus dimaafkan dan dipelajari. Perlu diingat atau harus diingatkan ataukah biar adek-adek yang di cabang datang mengingatkan bahwa organisasi tercinta ini dibentuk salah satu semangatnya menjaga kekeluargaan di tanah rantau, bukan malah sikat menyikut sana sini satu sama lain. 
Objektivitas yang ada saat ini, nahkoda baru belum sama sekali menampakkan batang hidungnya di Rumah Sederhana. Nahkoda lama masih menguasai dan menikmati indahnya jadi penghuni. Seolah-olah beliau terlena akan indahnya singgahsana dan dinamika yang terbentuk. Bukankah begitu nisbi "seolah-olah" yang ada akan adanya itu. Sangat wajar menyorotinya (minimal untain tulisan) bukan malah membukam diri, apalagi didukung dengan kebijakan personalnya. Sebuah kebijakan yang sebenarnya tidak logis dan sungguh tidak menampakkan kedewasaan-"asimetris umur dengan kedewasaan". Bisanya ada kebijakan personal yang serta merta mengusir dua penghuni Rumah Sederhana karena persoalan pilihan politik. Jelas dan terang sekali bahwa persoalan Rumah ya Rumah, persoalan pilihan politik ya pilihan politik. Jangan dicampur adukkan karena akan menimbulkan gesekan yang lebih besar lagi.
Untuk itu, jika berkenaan saya pertegas kepada dua penghuni janga sekali-kali terjebak anjuran beliau. Bertahanlah di Rumah "KITA", lawanlah kebijakan yang tidak berdasar lagi tidak dewasa. Karena pada dasarnya Rumah Sederhana adalah Rumah "KITA", bukan satu pihak saja. Pernah jadi pemegang nahkoda sebelumnya, ko' tidak bijak aja, pemimpin itu harus bijak bapak. Jadi sungguh wajar ketika ada kaum muda yang berhaluan dengan dikau, karena ketidak bijaksanaanmu yang selama ini kau nampakkan. Jika engkau ingin legitimasi kuat, berusahalah untuk bijak. "Bijak pada diri sendiri dan pada sesama". Persoalan kedua tidak saya buatkan kalimat-kalimat dalam tulisan ini.

0 komentar:

Post a Comment

 

My Profil

My photo
Batu Bolong, Makassar/Sulsel, Indonesia
Someone on the photo is independent writer in this blog namely Muhammad Jusrianto from Latimojong, Enrekang, South Celebes, Indonesia. Latimojong is one of the deepest areas which has the highest mountain in Celebes island, named as Latimojong Mountain. Although spending time and growing in underdeveloped area, he has a great spirit to attend higher education. He spent four years, from 2010 to 2014, to finish his study International Relations Department of University of Muhammadiyah Malang in Malang, East Java. After completing an undergraduate degree, he decided to closely keep in touch with English for preparing himself to attend master degree abroad, whereas running the responsibilities in The Institution of Tourism and Environmentalist at HMI. Now he is a IELTS tutor in Insancita Bangsa Foundation and a director of Information and Communication in LEPPAMI HMI.

Popular Posts

Musik

Video