Menyapamu "Teman"

Menyapamu bukanlah perkara sulit apalagi jaman edan saat ini dipenuhi communication technology. Sungguh mudah berbaku sapa disetiap waktu ketika rasa kangen menghampiri. Sengirimkan massage satu sama lain soal suka duka cinta, ekspedisi, skripsi dan lanjut study, gadis-gadis pujaan, ataukah hanya sebatas bertanya kabar saja. Entah itu via sms, bbm dan menelpon langsung. Akan tetapi “menyapamu” dalam tulisan singkat ini bukan mengirikan secara langsung ke kamu tetapi ingin ku upload dalam blog. Bukan pula sebatas men-upload tetapi rangkaian kata-kata yang akan kuketik penuh makna.
Teman...sudah lama tidak bersua di daratan – “sharing with face to face” – rasanya sungguh beda antara directly dan inderectly. Rasa kangen seorang teman (my self) kepadamu begitu besar, berharap secepatnya bersua dan berbagi cerita tentang gadis-gadis manis, baik gadis yang pernah mendekap maupun yang masuk misi untuk didekap. Berbicara tentang indahnya ekspedisi ke gunung dan pantai yang menjadi kesukaan kita. Berdebat tentang suatu hal yang tidak pernah sampai terselesaikan, bukankah itu bukti keras kepalanya kita, tapi justru itu salah satu sumber kekangengan. Gubuk kecilmupun (kos) kurindu, kurindu karena suasananya, kurindu karena selalu setia menemani dan mendengarkan senda gurau kita. Walaupun gubuk itu kadangkala tidak terurusi dengan baik, sampah sering berserakan dan terabaikan begitu saja. Itulah seninya dirimu pada gubuk-gubuk yang pernah kau diami selama di situ.
Tapi apalah daya, jarak tetap jarak, ada sebuah ungkapan: “dimana ada pertemuan disitu ada perpisahan.Ungkapan yang memang seperti itu adanya tanpa bisa dibantah pembuktiaannya. Kau disitu dan aku disini, kau menyelesaikan tugas akhir dan akupun berjuang untuk lanjut study. Teman...walaupun ada yang berkata “lambat lulus itu kurang baik” tetapi sebenarnya soal lulus adalah soal pilihan. Kupinta dan kuberdo’a, semoga kau memilih untuk lekas lulus karena kabar itu sungguh berarti bagi orang-orang disekelilingmu khusus orang di rumah. Pada akhirnya toga-pun kau raih dan ketika bukan sebuah kebanggaan buat dikau, cukup kau persembahkan orang tua tercinta dan menjadi kebanggaan buat mereka.
Teman (Muh Ihsan)...sudah dulu, rasanya capek hidup di Ibu Kota walaupun belum ada aktivitas yang jelas. Hidup di sini seperti ditampar, panas dan macet adalah makanan sehari-hari...ya begitulah kondisi kota metropolitan. Semoga kau sehat selalu dan kurasa kau sudah terlelap dalam dunia mimpi karena jam menunjukkan pukul 01.34. Berlindung selalu pada Allah subhana wata’ala. 

0 komentar:

Post a Comment

 

My Profil

My photo
Batu Bolong, Makassar/Sulsel, Indonesia
Someone on the photo is independent writer in this blog namely Muhammad Jusrianto from Latimojong, Enrekang, South Celebes, Indonesia. Latimojong is one of the deepest areas which has the highest mountain in Celebes island, named as Latimojong Mountain. Although spending time and growing in underdeveloped area, he has a great spirit to attend higher education. He spent four years, from 2010 to 2014, to finish his study International Relations Department of University of Muhammadiyah Malang in Malang, East Java. After completing an undergraduate degree, he decided to closely keep in touch with English for preparing himself to attend master degree abroad, whereas running the responsibilities in The Institution of Tourism and Environmentalist at HMI. Now he is a IELTS tutor in Insancita Bangsa Foundation and a director of Information and Communication in LEPPAMI HMI.

Popular Posts

Musik

Video