Dipenghujung Maret


Jam menunjukkan pukul 24.57, artinya tinggal tiga menit pas tengah malam. Raja malam menguasai sebagian dunia tanpa sinar mentari, hanya cahaya-cahaya buatan manusia yang menjadi penghias selama gelap gulita menyelimuti. Di atas meja ini, seperti biasanya kumenatap layar seorang diri sambil mengetik tepat dibawah sinar lampu yang setia menemani. Di sekelilingku suasana sunyi, diluar sana masih terdengar bisikan kendaraan dan itupun hanya sekali-kali, juga terdengar bunyi alarm tanda kereta lewat dan juga sekali-kali bunyi gemurung kereta lewat ketika waktunya tiba. Beginilah sepercik suasana malam di saat semakin meninggi...begitu damai meski fisik semakin melemah dan mata rasanya ingin dilelapkan dalam cengkaraman wahana tempat tidur.
Sedikit bercerita-cerita dalam nuasa sunyi ini, cerita suasana hidup seorang perempuan yang kucinta dan dua sahabat terdekat, cerita hasil komunikasi via telpon. Sesampai di gubuk mewah uang rakyat ini, sekitar usai Isya malam ini. Tiba di gubuk ini, kumerenggangkan tubuh di atas kasur empuk nan nyaman setelah melepas rancel, jam tangan dan baju. Tidak lupa kuambil HP dalam kantong rancel, berbaring sambil mulai memainkan layar HP dan ditampilan Line terlihat seorang perempuan memanggil, perempuan itu adalah my someone special. Kembali kumemanggilnya sambil mengambil handset supaya bisa santai dan nyaman berbincang-bincang dengannya. Ngobrol bersamanya, rasanya sangat capek dari hasil menyisiri jalan dalam kondisi macet walaupun panas sedikit reda. Ngobrol panjang lebar dalam waktu yang lama dengan nuansa canda tawa, nampaknya dia bahagia dengan semangat bercerita sambil ketawa. Bercerita tentang sahabatnya, skripsi, dosen yang berbaik hati kepadanya, saran-sarannya kehidupan ke saya dan tentang dia dengan Ibu dan Ayahnya. I like if she is in that condition, no bad mood but good mood.
Setelah lama ngobrol, bincang-bincangnya pun selesai dan HP dimatiin. Tidak lama kemudian, sahabat yang sudah lama tidak bercakap denganku lekas kutelpon. Dia tinggal di Malang dan sekarang lagi menyusun skripsi. Percakapan yang lumayan aneh dan sangat seru, aku dibikin capek ketwa. Selain dia bercerita tersiksa juga bikin ketawa minta ampun. Awalnya dan akhirnya berbicara skripsi, berceritalah dia dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan. Jelasin tentang skripsi yang sedang digarapanya...wow agak rumit dimengerti. Saking susahnya dia-pun kewalahan mengerjakannya dan katanya barusan dia serius dalam belajar dan menguras otak, sungguh mengkhawatirkan sembari kami menerwatakannya. Ditengah-tengah pembicaraan, berbicara tentang gadis-gadis potensial, ada juga gadis yang kaya tapi dijadikan bahan lelucon. Lelucon, bagaimana kalau mendekati gadis itu karena kaya dan orangtuanya pejabat. Tapi itu hanyalah lelucon karena kemuakan dengan para pejabat daerah. Sebenarnya masih banyak yang perlu dibicarakan tapi biasa pulsa udah mendekati skarat.
Setelah bercanda tawa dalam kesusahaanya menyelesaikan tugas akhir, kulihat tampilan Line, sahabat dari pulau terpencil Sumenap memanggil dua kali, dan sekarang dia telah singgah mengadu nasib di Sumena. Aku pun lekas memanggilnya dan ngobrol bincang-bincang dengannya tapi dalam nuansa sedikit kurang seru. Ada sedikit permintaannya dan tidak dapat kupenuhi karena keterbatasan, ya mau diapalagi tidak bisa dipaksakan dan jangan seolah-olah sok bisa. Tetapi aku tidak kehilangan alternatif, kusarankan opsi lain dan akan ditindaklanjuti. Dia sudah beristri tetapi ingin berjuang mengadu nasib di Ibu Kota tanpa pendamping hidupnya itu. Dia harus melalui beberapa hal untuk sampai di tempat tujuan untuk berjuang, sedikit mengkhawatirkan tapi itulah perjuangan.
Beginilah sedikit cerita malam ini, mungkin karena ketidakbiasaan atau sudah capak makanya tidak melakukan pemaparan secara detail tentang hasil-hasil komunikasi dengan perempuan yang kucinta dan dua sahabat yang kusayangi. Itulah sedikit suasan hati dan luar hatinya para manusia-manusia itu. Aku hanya bisa berkata inilah hidup, semua punya rasa, kondisi dan nasib masing-masing. Hanya sang Pencipta yang tahu apa yang akan kita lalui dan capai kedepannya. Setidaknya berikhtiar-berjuang...wahai anak muda.

Kalibata, 28-29 Maret 2016.

0 komentar:

Post a Comment

 

My Profil

My photo
Batu Bolong, Makassar/Sulsel, Indonesia
Someone on the photo is independent writer in this blog namely Muhammad Jusrianto from Latimojong, Enrekang, South Celebes, Indonesia. Latimojong is one of the deepest areas which has the highest mountain in Celebes island, named as Latimojong Mountain. Although spending time and growing in underdeveloped area, he has a great spirit to attend higher education. He spent four years, from 2010 to 2014, to finish his study International Relations Department of University of Muhammadiyah Malang in Malang, East Java. After completing an undergraduate degree, he decided to closely keep in touch with English for preparing himself to attend master degree abroad, whereas running the responsibilities in The Institution of Tourism and Environmentalist at HMI. Now he is a IELTS tutor in Insancita Bangsa Foundation and a director of Information and Communication in LEPPAMI HMI.

Popular Posts

Musik

Video