Hubungan Amerika Serikat Dengan Arab Saudi: Minyak Dan Terorisme


Oleh[1]

Abstraksi

            Minyak dan Terorisme telah memperkuat  dan juga memperrenggang bangunan-bangunan hubungan  antara Amerika serikat dan Arab Saudi. Minyak adalah salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat Internasional untuk tetap “survive” dan juga dapat mempengaruhi sistem Internasional. Sumber daya alam “minyak” dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara, misalnya kebijakan luar negeri USA – “pragmatis”, dimana USA telah mengejar negara yang mempunyai cadangan minyak terbesar dan Arab Saudi telah memiliki hal tersebut. Minyak telah melahirkan Interdependensi, dimana USA tergantung dengan Arab saudi dalam konteks Minyak begitupun Arab Saudi tergantung dengan Amerika Serikat dalam konteks teknologi dan sebagainya.
            Terorisme adalah salah satu konsep yang telah mengguncang dunia, sebagian besar negara-negara di dunia telah menyepakati untuk memerangi terorisme sampai ke akar-akarnya. Peperangan  terhadap terorisme Global di wacanakan oleh presiden Amerika serikat “Bush” yang di mulai paska serangan 11 Seftember 2001. Paham wahabisme dianggap oleh berbagai kalangan sebagai sumber terorisme yang telah lahir dan berkembang di Arab Saudi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Amerika serikat menuduh Saudi berada di balik peristiwa 11 September 2001. Bagaimana hubungan antara kedua sebelum dan sesudah serangan 11/09/01 ?.
Kata Kunci
Minyak, Terorisme, Forign Policy dan Hubungan USA dan Arab Saudi.
Minyak
Minyak adalah kebutuhan dasar bagi setiap negara untuk  “surviva” dan merupakan salah satu determinan dinamika politik Internasional. Minyak dapat menjadi salah satu faktor penentu dalam kebijakan luar negeri setiap negara dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasional. Salah satu negara yang dominan Forign Policy – nya telah di pengaruhi oleh minyak, yaitu “United State dan Saudi Arabia”. Sejarah barat akan pentinganya minyak, khususnya USA, pada saat sebelum masa perang dunia 1 respon negara-negara barat akan pentingnya Minyak tidak sebesar pasca – PD I. Minyak dapat digunakan dalam berbagai aspek seperti perindustrian, militer,teknologi, komunikasi, transportasi dan sebagainya. “Amerika membutuhkan minyak sedangkan Arab Saudi adalah negara pemproduksi Minyak terbesar di dunia (Produksi hingga 10 juta barel per hari dan cadangan minyak lebih dari 15 % dari seluruh dunia, penghasilan dari sektor minyak saja sebesar 198 juta dolar pada tahun 2007 dan dari tahun ke tahun semakin meningkat) dan di sisi lain saudi membutuhkan teknologi dalam memperkuat keamanan nasionalnya”.
Terorisme
Istilah terorisme telah populer sejak tahun 1980-an bersama istilah-isltilah yang identik dengan sumber terorisme “fundamentalisme, radikalisme dan militanisme”. Dari beberapa istilah tersebut dalam kacamata Barat “khususnya USA” identik dengan Islam dalam pemaknaan persepsi  “Negatif”. Salah satu kasus, yaitu mulai dari dulu sampai saat ini persepsi mayoritas masyarakat Amerika mengenai Islam adalah sesuatu yang bersifat negatif (jahat, keras dan ekstrim).[2] Tatanan dunia baru dalam memasuki abad ke-21 kondisi dunia n semakin kompleks ynag ditandai aksi terorisme yang semakin banyak bermunculan diberbagai negara dan tentunya hal tersebut mengganggu stabilitas dunia, kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) masih belum mampu memerangi terorisme sampai ke akar-akarnya. Definisi terorisme hingga saat ini masih menuai kontroversi tentang apa sebenarnya di sebut sebagai terorisme, khususnya “terorisme internasional”, dengan alasan karena PBB sendiri belum mengadakan sebuah konferensi guna menyamakan persepsi masyarakat dunia tentang “terorisme internasional” - “The definitonal problems of terorisme.[3]
Walaupun dalam memaknai “Istilah terorisme” selama ini, mungkin hanya persepsi individu atau kelompok seperti yang diutarakan oleh J. Bowyer Bell bahwa terorisme adalah senjata kaum lemah, tapi ia merupakan senjata yang ampuh. Sedangkan David Fromkin telah membedakan antara tororisme dan aksi militer, yaitu “military action is aimed at physical destruction while terrorism aim at psychological consequence”.[4] Dari beberapa persfektif di atas menjelaskan bahwa makna terorisme masih belum signifikan dan masih banyak definisi selain dari definisi diatas yang telah dikemukakan oleh para sarjana di berbagai bidang (sosial, agama dan sebagainya).
Amerika Serikat adalah negara Anti terorisme dan ditambah dengan serangan 11 september 2001 sedangkan Arab Saudi adalah negara yang diasumsikan sebagai negara sumber terorisme – Islamic mayority, apalagi pemerintah Arab Saudi identik dengan paham wahabisme “Islam fundamentalistic”.
Amerika Serikat Dan Arab Saudi
Konteks Minyak
Kedua konsep tersebut tidak lepas dari hubungan Amerika dengan Arab Saudi dan tentunya telah mempengaruhi kebijakan domestik dan kebijkan luar negeri antara kedua negara. Bagaimanapun kedua negara sangat mempengaruhi konstelasi politik Internasional. Hubungan Amerika Serikat dan Arab Saudi telah dimulai sejak adanya kecocokan antara kedua negara dan itu tidak lepas dari kepentingan nasional pada tahun 1930-an. Kebijakan luar negeri Arab Saudi lebih memilih berhubungan dengan Amerika Serikat dalam percaturan Global di banding berhubungan dengan Uni Soviet[5] sebelum peristiwa WTC, walaupun penduduk Amerika mayoritas Kristen. Pada tahun 1930-an Raja Abdul Aziz telah menerima seorang jutawan Amerika agar dapat membantu mengolah kekayaan alam bawah tanah Saudi Arabia. Kerjasama pertama antara kedua negara, yaitu kehadiran perusahaan minyak dari kalifornia dan sekitar tahun 1938 telah berdiri Aramco[6].
Kerjasama kedua negara telah mengalami perkembangan, yaitu bekerjasama dalam Militer karena Arab saudi membutuhkan keamanan bagi lingkungan sekitarnya. Sementara bertahap bantuan Amerika Via Aramco secara bertahap meningkatkan kekayaan kerajaan. Dengan semakin meningkatnya kekayaan Saudi, saudi telah mengalami transpormasi dimana awal mulanya negara penerima bantuan ekonomi dari Amerika menjadi negara yang mampu menyediakan bantuan luar negeri`karena semakin banyaknya minyak bumi yang memancar dari sumber-sumber minyak di negaranya. Perubahan politik luar negeri Arab Saudi berubah karena semakin banyaknya sumber-sumber minyak yang ada dan semakin banyak negara-negara Barat membutuhkan suplai minyak. Selain itu disebabkan juga oleh lahirnya perang Yom Kippur dan berdirinya OPEC yang diproklamatori oleh Saudi, Arab saudi menjadi tegas dan telah memaksimalkan kekayaan bertujuan melakukan embargo minyak ke Amerika karena USA diduga berada dibelakang Israel. Embargo tersebut adalah sejarah, dimana Saudi pertama kalinya menghentikan ekspor minyak ke amerika dan menaikkan harga minyak hingga 70 % bagi negara barat sekutu Amerika dan itu adalah pukulan terbesar bagi Amerika.
Di kemudian hari hubungan Amerika dan Saudi semakin membaik dan embargo-pun telah berakhir. Hubungan baik antara kedua negara disebabkan karena Arab Saudi butuh pasokan senjata untuk membentangi perkembangan Iran di masa depan. Sebelum serangan 11/09 kedua negara saling membutuhkan dan dengan hal tersebut menjadi simbol keberhasilah Amerika yang telah berhasil mengendalikan negara paling kaya di Timur Tengah”minyak” dan posisinya sangat strategis yang dekat denga Israel. Arab saudi sendiri sebagai negara kaya minyak dengan sendirinya merupakan penggairahnya bagi Industri persenjataan Amerika.  Arab saudi telah menghabiskan ratusan milyar dolar AS untuk membeli persenjataan dari Amerika serikat begitupun pengeluaran AS dalam pembelian minyak milik arab saudi. Faktor tersebut telah membuat hubungan Amerika dan Saudi walaupun disisi lain berbeda pandangan.
Konteks Terorisme
Peperangan terhadap terorisme telah dikumandangkan oleh presiden Amerika Serikat George Walker Bush “war on terror” yang bersumber dari serangan WTC (World Trade Center) dan Pentagon pada 9 September 2001 di Amerika serikat. Serangan tersebut telah memakan korban nyawa yang telah menjadi kenangan pahit bagi masyarakat AS, khususnya keluarga para korban dan dengan adanya kejadian tersebut telah meningkatkan legitimasi pemerintah dari Internal AS sendiri dalam memerangi terorisme sangat kuat. Dan pasca-era serangan 11 September  2011 tersebut, dimana faktor islam menimbulkan permasalahan serius terhadap politik luar negeri Arab Saudi, karena ditemukan bukti-bukti keterlibatan orang Arab Saudi dalam peristiwa tersebut membuat jurang pemisah antara hubungan antara Arab saudi dan AS menganga lebar.[7] Dimana sebagian besar warga saudi terlibat dalam peristiwa tersebut dan kecurigaan public Amerika menuju ke Saudi. Pemerintah AS menyatakan bahwa adanya unsur-unsur keterlibatan Saudi Arabia dalam pembiayaan teroris atas peristiwa tersebut dan sampai tahun 2002 tudingan tersebut masih berlanjut sehingga telah membuat hubungan diplomatik kedua negara sempat terganggu.[8]
Amerika serikat menjadi Panglima seluruh negara melawan kejahatan terorisme Islam tanpa mengaitkan kejahatan yang dilakukan terorisme non-Islam[9]. Padahal terorisme telah mengakar dan dilakukuan oleh berbagai golongan, sehingga istilah terorisme menurut A. M. Hendropriyono telah mengakar dan subur  didalam rumah dari berbagai kalangan, termasuk ketiga agama monoisme, yaitu tororisme kristen subur didalam masyrakat fundamentalis (ekstrem) kristen, terorisme zionis subur didalam masyarakat fundamentalis (ekstrem) Yahudi dan begitupun dengan terorisme kontemporer subur dalam masyrakat fundamentalis (ekstrem) Islam[10].[11] Peperangan terhadap terorisme sangat penting, namun permasalahannya terjadi peperangan sepihak “Diskriminasi terhadapa Islam”, khsusnya aliaran fundamentalisme, radikalisme dan militanisme dalam Islam.
 Al-Qaeda adalah organisais radikal yang dituduh oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai pelaku atas serangan 11 September 2001.  Terorisme identik dengan Islam dalam kaca mata Non-Muslim dan salah satu negara yang  penduduknya mayoritas Ialam, yaitu Arab Saudi. “Osama Bin Laden” sebagai proklamator Al-Qaeda berasal dari Negara Arab Saudi. Berbicara tentang Arab Saudi dalam konteks kebijakan politik domestik dan luar negeri tidak lepas dari pengaruh ide-ide dari wahabisme[12]. Osama Bin Laden salah satu kader dari paham wahabisme sedangkan berbagai golongan menganggap bahwa Wahabisme seolah-olah keluar dari lingkaran ajaran Islam yang pleksibel atau wahabisme lebih merujuk ke ajaran Islam radikal atau puritanistik-absolut. Menurut Khaled Abou El Padl bahwa apa yang dilakukan oleh Wahabisme sama dengan yahudisme, yaitu bersifat purinistik. Karen Amstrong menyatakan bahwa puritanismelah yang melahirkan terorisme bukan hanya monopoli saja, tapi juga dapat dijumapai di agama-agama samawi lainnya seperti, Kristen dan Yahudi.[13]
            Kalangan Wahabi secara eksplisit telah menjadikan pandangan keagamaan yang puritan sebagai jalan untuk memperkuat kepentingan disatu sisi dan tindakan ekstrim di sisi lain. Sebagian kecil korban dari pandangan Wahabisme ialah termasuk Iran beraliran Syiah dan pada tahun 1980-an, banyak orang Iran yang di bantai dan pembantaian yang dilakukan terhadap Sunni di Madinah dan Makkah. Paham Wahabisme telah diterapkan dalam konstitusi Arab sebagai hukum resmi kerajaan Arab Saudi, hingga tahun 1980-an kaum wahabi telah mengeksekusi setidaknya 40.000 orang dan mengamputasi 350.000 orang dengan menggunakan klaim hukum Islam dan Jumlah tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun.[14]
Selain kejadian diatas Riyadh sebagai Ibu kota Arab saudi diserang oleh aksi terorisme pada tahun 2003 dan Masjid Al-Haram menjadi salah satu tempat yang menjadi korban, yang demikian telah melibatkan 172 Al-Qaeda yang ditangkap oleh jaringan antiterorisme Arab saudi. Arab saudi menjadi temapt strategis untuk para terorisme dalam mengembangkan pahamnya, ksusnya di masjid, dan madrasah dalam kerajaan.[15]  Dari beberapa faktor di atas membuat hubungan kedua negara membaik dan saudi telah bekerjasama dengan Amerika dalam memerangi terorisme.  Selain itu pemerintah Arab Saudi telah melihat serangan dahsyat di AS memenuculkan kesadaran Pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi Proliferasi faham wahabisme. Kebijakan Arab Saudi tersebut di pengaruhi oleh dorongan Amerika serikat dan juga paham wahabisme diduga kuat berada dibalik setiap aksi terorisme.[16] Salah satu cara pemerintah Arab saudi dalam meminimalisir teror dengan cara membuat program Saudi Arabia’s  “Soft” Counterterrorism Strategy: Prevention, Rehabilitation, and Aftercare.
Arab saudi dalam kebijakan luar negeri pemerintahan Obama merupakan  negara yang paling penting di antara negara-negara islam, karena memiliki keunikan tersendiri, yaitu tempat penyebaran  pertama agama Islam dan juga awal mula dalam memperbaiki hubungan Amerika dengan Islam “ Breach” – yang sudah beberapa tahun telah mengalami kerenggangan pasca serangan 11/09. Dengan hal tersebut sehingga Obama terlebih dahulu mengunjungi Arab saudi dalam kunjungannya ke Timur Tengah.[17]  Selain itu Saudi masih mempunyai cadangan minyak yang menjanjikan, walaupun saat ini ada isu bahwa cadangan Minyak Saudi semakin menipis.

Study Kasus : Aramco

            Aramco adalah perusahaan minyak Amerika atas kerja sama dengan Arab Saudi pada tahun 1933 di Dahran dan pada tahun 1980 pemerintah Arab-Saudi mengambil alih secara keseluruhan perusahaan Aramco dari Amerika Serikat. Pada tahun 1988 telah mengalami perkembangan, dimana di bawah kontrol pemerintahan Arab-Saudi telah  bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai menegerial dan operasional dari Perusahaan Energi Aramco.  Pada tahun 1993 pihak kerajaan mengeluarkan keputusan untuk melebur seluruh proses penyulingan dan produktivitas minyak menyerahkannya kepada perusahaan ARAMCO , yang pada akhirnya menjadi penanggung jawab pada sebagian besar pekerjaan di sektor MIGAS, mulai explorasi, penyelidikan, produksivitas, sampai pada penyulingan, transportasi dan marketing.
Peran ARAMCO sangat penting dalam perkembangan produk-produk lokal, memperluas ekspor negara dan hasil produksi. Saat Aramco adalah perusahan raksasaSaudi Arabia telah menempati urutan keempat dunia dalam hal cadangan gas, bersadarkan perkiraan perusahaan ini telah menduduki peringkat kedelapan di dunia dari sisi kekuatan penyaringan. Sesuai data yang dalam tulisannya, terbitan mingguan “Pettroleum Intelligency” mengulas perusahaan Minyak Nasional Arab Saudi ini :
a.       ARAMCO saat ini memiliki tanker terbesar kedua di dunia.
b.      Perbandingan pegawai pada perusahaan ini, 87% tenaga lokal dan hanya 13% tenaga asing.
c.       ARAMCO Saudi adalah  100  persen milik Kerajaan Saudi Arabia.
ARAMCO memiliki perusahaan anak cabang, proyek-proyek venture, kantor-kantor, perusahaan-perusahaan di Cina. Mesir, Jepang, Yunani, Belanda, Philipina, Korea Barat, Sigapura, Emirat Arab, UK dan Amerika. Telah ditandatangani kesepakatan antara ARAMCO Saudi dengan perusahaan Sumitomo Chemical Jepang untuk kerjasama dengan proyek raksasa untuk pengembangan lembaga terpadu pada sektor penyulingan dengan bahan petrokimia di kota Rabigh yang terletak pada pantai bagian Barat Saudi Arabia, Awal November  2009 lalu, Aramco melakukan pendekatan pada  China Petroleum & Chemical Corp atau lebih dikenal dengan nama Sinopec untuk membeli saham ladang minyak Qingdao.Kedua, perusahaan kemungkinan akan melakukan kerjasama, meliputi proses produksi dan penjualan minyak mentah. Negara importir seperti Cina membutuhkan sumber daya energi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sinopec menyatakan  bahwa pihaknya kemungkinan akan meng-impor sekurangnya 50 juta ton minyak mentah per tahun dari Arab Saudi.Qingdao merupakan ladang minyak yang berlokasi di Provinsi Shandong dengan kapasitas produksi sebanyak 200,000 barel per hari. Namun ada isu bahwa cadangan  sumberdaya alam berupa minyak milik Arab Saudi semakin menipis. Di sisi lain, jumlah penduduk negara sentrum kiblat Islam itu terus bertambah. Sehingga, angin revolusi yang kini bertiup kencang di Timur Tengah bisa saja menggoyang negeri itu.




[1] Tugas ini di kerjakan oleh M. Jsurianto
[2] Lihat, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. 2011. Dunia Islam Dan Masa Depan Hubungan Internasional Di Abad 21: “Islam Dan Politik Luar Ngegeri Amerika Serikat”. Yogyakarta. LP3M UGM,. Hal.168
[3] Lihat, Riza Sihbudi, 2007, Penyanderaan Timur Tengah: Kebijakan AS Dan Israel Atas Negara-negara Muslim, Jakarta, Mizan., Hal: 172-173
[4] Ibid,. Hal. 173
[5] Uni Soviet berideologi komunisme (Non-Agama) dan kekerasan yang dilakukan pemerintah Rusia terhadap orang muslim di Checnya.
[6]Aramco adalah Salah satu perusahaan terbesar di dunia, bahkan pernah memproduksi lebih dari 95% minyak Arab Saudi. Aramco semakin berkembang dari masa ke masa dan perusahaan tersebut sangat penting bagi Saudi, apalagi sudah di nasionalisasikan oleh kerajaan arab. Namun saat ini cadangan minyak Saudi, termasuk aramco semakin menipis dan hal tersebut membuat amerika mencari parner baru atau korban dalam konteks minyak demi memenuhi kebutuhan domestik Amerika. Bahkan USA melakukan invasi ke negara-negara arab lain untuk menghasikan pasokan minyak seperti invasi irak dan intervensi libya.

[7] Lihat, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. 2011. Dunia Islam Dan Masa Depan Hubungan Internasional Di Abad 21: “Diplomasi Global Arab Saudi”. Yogyakarta. LP3M UGM,. Hal. 193-194
[8] Ibid,. Hal. 194-197
[9] Kesalahan sangat patal yang dilakukan As dan negara-negara lain yang hanya memerangi terorisme kalangan Islam tanpa memperhatikan tingkah laku non-islam di sistem Internasional, misal invasi AS ke Irak dan Israel vs Palestina.
[10] Masyarakat Islam yang dimaksud adalah islam politik, bukan agama islam yang sering kali di salahkan oleh masyarakat internasional, khususnya barat.
[11] Lihat, A. M. Hendropriyono, 2009, Terorisme : Fundamentalis Kristen, Yahudi dan Islam, Jakarta, Kompas., Hal. xxix
[12] Wahabisme adalah paham diproklamatori oleh Muhammad Bin Abdul Wahab abad ke 18. Wahabisme telah mengembangkan paham puritanisme di satu sisi dan ekstremisme disisi lain.
[13] Op.Cit,. Hal. xii
[14] Ibid,. Hal. xv
[15] Lihat, Robert  C. Matinage, 2008, The Global War on Terrorism: An Assessment, Washington,. Hal. 166
[16] Ibid,. Hal. xviii
[17] Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. “Kunjungan Obama Ke Arab Saudi. Op.Cit,. Hal. 183.


0 komentar:

Post a Comment

 

My Profil

My photo
Batu Bolong, Makassar/Sulsel, Indonesia
Someone on the photo is independent writer in this blog namely Muhammad Jusrianto from Latimojong, Enrekang, South Celebes, Indonesia. Latimojong is one of the deepest areas which has the highest mountain in Celebes island, named as Latimojong Mountain. Although spending time and growing in underdeveloped area, he has a great spirit to attend higher education. He spent four years, from 2010 to 2014, to finish his study International Relations Department of University of Muhammadiyah Malang in Malang, East Java. After completing an undergraduate degree, he decided to closely keep in touch with English for preparing himself to attend master degree abroad, whereas running the responsibilities in The Institution of Tourism and Environmentalist at HMI. Now he is a IELTS tutor in Insancita Bangsa Foundation and a director of Information and Communication in LEPPAMI HMI.

Popular Posts

Musik

Video